Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) halaman 465 disebutkan,
bahwa kelakar adalah perkataan yang bersifat lucu untuk membuat orang
gembira. Sinonimnya adalah senda gurau, seloroh dan bercanda. Di dalam
Bahasa Arab, kata tersebut dikenal dengan istilah mizah atau muzah.
Kelakar
dapat menghibur, mencairkan suasana, menghilangkan ketegangan,
menenangkan keresahan dan meredakan amarah. Bahkan, tak jarang di dalam
kelakar akan tercermin rasa persaudaraan dan persahabatan.
Membuat
orang lain senang dapat disebut sebagai kebajikan dan Nabi Shallallaahu
alaihi wa Sallam memasukkan senyum yang dengannya orang menjadi senang
sebagai kebajikan. Beliau bersabda, "Senyummu untuk saudaramu adalah
shadaqah, kebajikan." (HR Imam Ahmad).
Segala hal yang membuat orang
lain senang dan bahagia masuk ke dalam makna senyum ini atau dapat
disejajarkan dengannya. Abdullah bin Harits menyifati Nabi Shallallaahu
alaihi wa Sallam sebagai orang yang paling sering tersenyum (murah
senyum).
Nabi mengajarkan untuk berlemah lembut di dalam kehidupan
dan kelemah lembutan ini merupakan rahmat dari Allah, sebagaimana
firman-Nya, Artinya "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. 3:159)
Allah
Menyifati diriNya dengan sifat rifq yakni lemah lembut dan dalam sebuah
hadits, Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Artinya "Allah itu
Maha Lembut dan Dia suka dengan kelembutan, Allah akan memberikan
balasan dari kelembutan yang tidak diberikan atas sikap kasar, keras dan
selainnya." (HR. Al Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Nabi, Shahabat dan Canda
Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam jika bertemu dengan Abu Umair, adik Anas
bin Malik-ketika ia masih kanak-kanak-sering mencandainya tentang anak
burung yang ia pelihara. "Abu Umair, apa yang dilakukan anak burungmu?"
Demikian beliau mencandai.
Abu Dawud meriwayatkan, seseorang
mendatangi Nabi dan berkata, "Ya Rasulullah, bawalah saya," pintanya,
"Kami akan membawamu di atas anak unta," Jawab Nabi, "Apa yang dapat aku
lakukan dengan anak unta?", tanyanya kebingungan. Maka Nabi berkata,
"Bukankah unta dewasa itu adalah anak unta juga." (HR. At Tirmidzi).
Terkadang
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam nimbrung berkelakar dengan para
shahabatnya seusai shalat Shubuh setelah matahari terbit. Simak bin Harb
bertanya kepada Jabir bin Samurah, "Apakah ia sering menyertai Nabi."
Jabir mengiyakan dan ia bercerita bahwa Nabi tidak beranjak dari tempat
shalat Shubuhnya, kecuali jika matahari telah terbit. Terkadang para
Shahabat duduk-duduk menceritakan tentang kisah-kisah di masa Jahiliyah,
mereka tertawa, sedangkan Nabi hanya tersenyum. (HR. An-Nasai).
Di dalam riwayat lain, oleh Imam An-Nasai dan Ahmad disebutkan, "Terkadang mereka melantunkan syair."
Adalah
Nu'aiman bin Amr bin Rifa'ah termasuk shahabat besar pertama, ikut
perang Badar, sangat dikenal dengan candanya. Ibnu Abdil Barr menyifati
candanya terkadang kelewatan, du'abah zaidah. (Al Isti'ab 4/1526).
Rasulullah
hidup bersama dengan para shahabatnya yang memiliki karakter
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Di antara mereka ada yang
bersifat hazm, serius, tegas dan amat berwibawa semisal Umar bin
Khaththab. Sebaliknya ada pula yang dikenal suka berkelakar seperti
Nu'aiman dan Nabi pun tidak mengingkarinya.
Tertawa yang dibuat-buat,
terbahak-bahak atau tertawa tidak pada tempatnya adalah dibenci agama.
Ibnu Umar pernah ditanya tentang shahabat Nabi apakah mereka juga
tertawa, maka dia menjawab, "Ya! Dan keimanan mereka seumpama gunung."
Sufyan
bin Uyainah ditanya apakah canda itu termasuk perbuatan tercela? Ia
menjawab tidak, "Bahkan termasuk sunnah bagi yang dapat mengondisi-kan
canda sesuai dengan aturannya.
BEBERAPA KETENTUAN DI DALAM BERCANDA
Bercanda
dibolehkan selama sesuai dengan syari'at. Hal-hal di bawah ini perlu
diperhatikan, agar bercanda tidak berbalik menjadi dosa, sebagai
berikut:
Tidak Menjadikan Aspek Agama Sebagai Materi Canda.
Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Artinya "Dan jika kamu tanyakan kepada
mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan
menjawab, "Sesungguhnya kami hanya bersendau gurau dan bermain-main
saja". Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang
lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."
(QS. 9:65-66)
Termasuk di dalamnya menjadikan sunnah Nabi, seperti:
Memelihara jenggot, Mengangkat pakaian di atas mata kaki bagi kaum pria,
sebagai bahan gurauan. Jika ajaran agama dijadikan gurauan sekecil apa
pun, dapat menyebabkan kekufuran. Ibnu Abbas pernah berkata, "Barang
siapa melakukan dosa lalu ia tertawa (merasa senang), maka ia akan masuk
neraka di dalam keadaan menangis."
Bukan Cacian dan Cemoohan.
Firman
Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (QS. 49:11)
Selain dengan lidah, cacian dapat dilakukan
dengan gerakan isyarat atau mata. Nabi melarang mencaci,Artinya "Jangan
engkau bergembira dengan (cela) saudaramu, bisa saja itu akan menjadi
sebab Allah untuk mengasihinya, dan mencobamu (dengan semisalnya)." (HR.
At-Tirmidzi dengan mengatakan hasan)
Kehormatan harga diri di dalam
Islam sama dengan kehormatan darah dan harta. Kesadaran orang untuk
tidak mencuri harta atau mencelakai orang lain, belumlah cukup tanpa
adanya kesadaran untuk menjaga kehormatan orang. Nabi bersabda, "Setiap
muslim dengan muslim lain diharamkan darah, harta dan harga dirinya."
(HR. Muslim)
Bukan Ghibah.
Tidak jarang orang yang sering bercanda
terjerumus ke dalam ghibah. Ia mengira mungkin ini hanya sekedar
seloroh, padahal Nabi mendefinisikan ghibah dengan, "Menyebutkan sesuatu
tentang saudaramu yang tidak disenanginya." sebagaimana di dalam hadits
riwayat Imam Muslim.
Tidak Menjadikan Canda Sebagai Kebiasaan.
Kesungguhan
dan serius adalah karakter pribadi muslim, sedang kelakar hanya sekedar
jeda, rehat dari kepenatan. Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa
menjadikan humor sebagai profesi adalah sebuah kesalahan besar (ihya
ulumiddin 3/129)
Isi Canda Adalah Benar, Bukan Dusta dan Tidak Dibuat-Buat.
Nabi bersabda, "Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa, celakalah!" (HR. Abu Dawud)
Mengondisikan Canda Dengan Tempat, Suasana dan Orang yang Dicandai.
Bercanda
dengan orang yang dihormati semisal ulama bisa dianggap kurang sopan.
Bercanda dengan orang awam dan kebanyakan orang bisa mengurangi
kewibawaan. Demikian pula, bercanda dengan orang yang belum dikenal bisa
dipersepsikan sebagai penghinaan.
Imam An-Nawawi berpendapat
bercanda yang dilarang adalah canda yang berlebihan dan dijadikan
sebagai kebiasaan serta kelakar yang dapat menyebabkan banyak tertawa.
Sedangkan banyak tertawa dapat memadamkan cahaya hati. Kadangkala
bercanda (yang demikian), akan berakhir dengan cacian, cemoohan,
menanamkan dendam dan memudarnya kewibawaan. Canda yang dilakukan Nabi
adalah bercanda yang bersih dari sifat-sifat di atas (al Adzkar/468)
wallahu a'lam (Ashri).
Sumber: Al Qur`anul Karim, Sunan Ibnu Majah, Al ishabah fi tamyiz ash shahabah, Majalah Al Bayan, No. 149.
Setiap Muslim punya Kewajiban Untuk Menyampaikan Ajaran Islam.
Kesempatan kita Untuk berdakwah saat ini adalah : Anda Sampaikan Info Ini kepada Saudara kita yang belum mengetahuinya.
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Sumber : http://beloo18.blogspot.com/search/label/Akhlak